Tanggal 19 November 2022, Stadion Manahan Solo menjadi saksi sejarah tentang keberpihakan sikap warga Muhammadiyah, perilaku berkemajuan ini tidak hanya milik para pimpinan juga dipunyai kader kader muda Muhammadiyah di pagi itu.
Tidak ada protes walaupun berdesakan masuk stadion, tidak ada keluhan karena tidak dapat undangan, semua menjadi inspirasi yang luar biasa bagi siapa saja. Muktamar Muhammadiyah 'Aisyiyah ke 48 mulai terlihat hasil pengkaderan dari berbagai sudut negeri nampak dari sikap pasca kegiatan, inisiatif, kesigapan dan langkah cepat , bahkan itu dari keluarga kita sendiri.
Tidak dipungkiri semua penggembira, bergembira di arena pembukaan Muktamar Muhammadiyah "Aisyiyah 48.
Bahkan kegembiraanku kali ini benar - benar Kaffah.
Akibat ulah anak - anakku yang benar - benar mengejutkan-mengetuk sendi kebaikan.
Saat semua penggembira berdiri , pertanda mereka akan segera beranjak dari stadion Manahan aku lihat putri keduaku menarik nafas panjang , kemudian dia membuka satu kresek sedang. Dia memungut satu persatu sampah yang ada disekitarnya.
Satu kresek, dua kresek, tiga kresek, aku sempat mengabadikannya. Setelah banyak penggembira yang bergerser dengan cueknya tanpa mengindahkan tumpukan sampah yang berserakan, Asya semakin semangat, dia seolah memasang badan untuk lebih menyiapkan energi lebih besar.
Saat itulah langsung HPku saya berikan ke suami, tanpa sadar aku meneteskan air mata melihat ulah Asya, yang dibantu Azka, putri ke tiga juga Nia, putri keempatku.
Badan ini seakan ada yang mendorong, dadaku bergetar dan ada rasa yang tidak pernah aku rasakan.
Aku lihat seorang berompi relawan sampah melintas, bergegas aku minta " mas kresek mas", dia beri aku satu gebok kresek sampah.
"Ini mbak Asya, aku bantu".
"Makasih Ma", dia menyambar kresek kresek itu dan semakin cekatan mengambil semua tumpukan sampah yang semakin nampak menggunung. Aku ikuti kemana langkah Asya yang srmakin cepat dan cekatan dibantu adik adiknya dan satu dua Ibu.
Sudah sepuluh sampai duapuluh kantong, aku kira dia sudah selesai. Tapi tidak, dia terus berjalan menghampuri gunungan sampah yang ditinggalkan penggembira, sesekali dia mengelap pelunya yang bercucuran di wajahnya, jilbab yang dipakai sudah mulai kotor juga baju yang dia pakai.
"Sudah mbak?", aku tanya saat keringatku mulai terasa mengguyur.
"Yaa Allah Ma......itu Ma.....masih banyak sekali, Azka , Nia kamu sebelah sana biar dibantu Bapak itu" , ujar Asya kepada adik - adiknya sembari menunjuk ke arah tumpukan sampah.
"Ayo Ma ....kita sebelah sini, yaa Allah Ma....ini banyak sekali", kata Asya sambil terus dia mengambil sampah sampah plastik bercampur sampah makanan yang bercampur becek akibat gerimis hingga puluhan kantong sampah jumbo.
Setelah mulai banyak orang yang sadar untuk membantu , barulah aku ajak Asya dan rombonganku meninggalkan Manahan.
Dalam perjalanan itu, Nia putri keempatku yang yang juga turut membantu bertanya , " Ma....buang sampah itu apakah amal baik juga ya Ma, apa dapat pahala ?".
Dengan senang aku jawab dengan jawaban yang membuat dia senang berbuat baik.
Asya, santri Muallimat kelas 6 dia sadar betul bahwa dia adalah kader . Meski dia bukan siapapun dalam panitia Muktamar, bahkan ID Card relawanpun dia tidak punya. Diusia yang masih sangat belia, dia bisa berfikir, berinisiatif, mampu memberi contoh kebaikan, mampu mengajak lainnya.
Potret kader yang sedang berproses di lembaga pertama didirikan KH. Ahmad Dahlan, perkaderan genetik ternyata harus diikuti perkaderan formal, keberadaan Siti Munjiyah dan Siti Bariyah diawal kelahiran Aisyiyah adalah bukti, perkaderan ala kauman yang mensintesakan metodologi 'kader kintilan' dan 'kader akademik' menghasilkan generasi yang mampu melintas zaman, dan tanda tanda optimis itu ada di sekitar Manahan pagi itu
Terimakasih Anakku
*Uzlifah, ketua MPK PDA kota Malang*
إرسال تعليق