-

FIQO

Tiga Keperluan Hidup di Dunia

 

*Tiga Keperluan Hidup di Dunia* 



Orang- orang yang berjihad di jalan Allah dan  yang duduk berdiam diri tanpa berbuat apa apa pasti tidak sama di dunia maupun di akhiratnya. Tidak sama dalam banyak hal, baik itu hasilnya, nilai maupun rahmat dan  keberkahan hidupnya. Dalam perspektif Al qur an, Allah swt akan memberikan nilai dan takarannya masing-masing. berfirman dalam surat an Nisa ayat 95 :


لا يَسْتَوِي الْقَاعِدُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ غَيْرُ أُولِي الضَّرَرِ وَالْمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ عَلَى الْقَاعِدِينَ دَرَجَةً وَكُلا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَفَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ عَلَى الْقَاعِدِينَ أَجْرًا عَظِيمًا


Artinya: " Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (yang tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur (halangan) dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa halangan). Kepada masing-masing, Allah menjanjikan (pahala) yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar.


Allah tetap memberikan nilai dan takaran setiap gerak langkah kita. Akan tetapi bagi yang mau berjihad di jalan Allah dengan harta benda yang dimiliki dan dengan jiwa raga baik itu tenaga, pikiran maupun waktunya  akan diberikan kelebihan tersendiri oleh Allah swt berupa kemuliaan di sisiNya dan pahala yang sangat besar. Sudah barang tentu kemuliaan yang didapat adalah disamping pangkat, jabatan, kehormatan, kekayaan ,kesehatan, rizki dan keberkahan juga bisa berupa kemuliaan di hadapan Allah.

Seorang mukmin sejati tentu akan memilih kemuliaan di dunia dan di akhiratnya kelak  di sisi Allah swt.


Tidaklah seorang mukmin bangkit dari tempat duduknya, lepas dari zona nyaman dan keluar dari rumah tinggalnya kecuali untuk berjihad di jalanNya  mendapatkan keridloan Allah semata. Setiap kali seorang mukmin keluar dari rumah orientasi dab tujuannya adalah jihad fi sabilillah. 


وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الأرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (١٠٠)


Artinya : " Dan barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.( qs.4:100 )


" Siapa yang keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah dalam arti untuk berhikmad, berjihad dan berbuat baik dia akan mendapatkan kehidupan yang penuh kemudahan, keluasan rizki dan akses yang mudah untuk segala urusannya", kata Allah.Lebih dari itu bahkan telah ditetapkan imbalan pahala yang sangat besar!


Ayat - ayat di atas dulu sering kali disampaikan oleh pimpinan - pimpinan muhammadiyah baik oleh pak haji Masykoer, H Moh.Mirin, M Syaifudin Idris hingga paj haji Jainuri di setiap pertemuan untuk terus menempa jiwa dan menggerakkan spirit amar ma'ruf nahi munkar melalui dakwah dan jihad di muhammadiyah. 

Barangkali itu diperlukan oleh para guru dan mentor kita itu untuk memotivasi diri mereka sendiri dan mendidik jiwa pejuang dalam diri anak didiknya. Di tengah tengah gelora dakwah persyarikatan, ayat-ayat tersebut terasa hidup dan  bisa menjadi obor bagi gerakan dakwah muhammadiyah.


Saat ini ayat - ayat itu untuk sebagian orang seperti terasa asing dan kering ketika dibacakan di tengah- tengah masyarakat yang sedang dilanda nafsu hedonis dan euforia kehidupan materialistik. Apalagi jika dibacakan di hadapan para penguasa dzalim, politisi serakah dan manusia-manusia penjilat yang culas. Membaca ayat - ayat al qur an di hadapan mereka sama saja dengan berteriak di dalam air . Telinga mereka tebal, nurani mereka telah mati dan yang ada di pikiran mereka hanga bagaimana mendapatkan uang dan melanggengkan kekuasaan. 


Dalam kehidupan kita ayat-ayat itupun hampir terlupakan oleh gemerlapnya dunia karena tuntutan materi untuk bisa bertahan hidup di zaman materialistik ini.

Sekiranya ada orang-orang seperti KHA Dahlan, pak AR Fakhrudin  pak Haji Ali Shodikin dan ( Allahummaghfir lahuma ) atau Prof. Haedar Nashir, Kyai Saad Ibrahim dan lain lain semisalnya maupun saudara-saudara kita yang lebih dulu dipanggil Allah swt termasuk yang cukup langka karena mereka memikirkan tiga hal  dalam hidupnya :

Pertama, tuntutan kebutuhan hidup yang meliputi pangan, sandang dan papan.

Kedua, kewajiban terhadap orang tua, istri / suami, anak-anak dan keluarga.

Ketiga, menunaikan amanah kenabian berupa memperjuangkan islam, dakwah amar ma'uf nahi munkar dan jihad fi sabilillah.


Semoga kita termasuk di dalamnya. Tidaklah seseorang keluar dari rumah kecuali untuk berhikmad kepada agama, keluarga dan masyarakat.  Setiap kita punya punya kewajiban dakwah yang harus ditunaikan. Alangkah berdosanya kita jika kita lalai sementara nabi, sahabat, tabi'in para imam dan ulama, para pemimpin ,bapak dan guru-guru kita telah menjalankan itu semua dan mewariskan kepada kita. Semoga Allah ampuni dan maafkan kita semua.

 Aamiin yra.

 - Abu Nasir -

Tulis Saran & Komentar dengan Bijak

أحدث أقدم
FIQO