SMK MUTU Pasuruan mengirimkan delegasi dalam bentuk karya siswa dalam bidang lomba Cerita Pendiek (CERPEN). Lomba ini dilaksanakan sebagai peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2016. Dalam cerpen ini siswa bernama "Hidayatulloh" membuat cerpen dengan judul "Rezeki di RS Purut".
Berikut isi cerpen yang Hidayatulloh buat untuk mengikuti lomba tersebut.
Rezeki di RS Purut
“Bangun
Nak, kita sahur dulu!” peluk erat sang Bapak membangunkan anaknya.
“ehmm
iya pak, memang hari apa sekarang?” bergegas bangun menuju ruang tengah yang
beralaskan tikar.
“Hari
Selasa Dit, kita puasa saja karna tak ada yang kita makan untuk hari ini.”
Jawab Bapak dengan tak kuasa menatap anaknya.
“Dit,
Bapak harap kamu bisa mengerti keadaan kita saat ini, walaupun kita kekurangan,
Bapak harap kau bisa sabar dan tak berharap belas kasih dari orang lain.
Adit
hanya bisa mengangguk dan sangat memahami keadaannya saat ini. Dia anak semata
wayang yang tinggal dengan Bapaknya. Semenjak ibunya meninggal 2 tahun yang
lalu, 2 kakak Adit pergi merantau ke negeri sebrang. Tak ada kabar yang datang
dari dua saudaranya itu. Hanya doa yang slalu terucap oleh Adit dan Bapaknya.
Sehari-hari Bapak Adit bekerja sebagai tukang becak. Mengayuh dari Rejoso ke
alun-alun kota Pasuruan sudah dilakoninya 3 tahun.
Menjelang
subuh Bapak Adit sudah melaksanakan rutinitasnya sembari melaksanakan sholat
Subuh berjamaah di Masjid Jami’ Pasuruan. “IKHLAS” itulah pedomannya.
Hampir
setiap hari, Bapak Adit mengganjal perutnya hanya dengan wedang jahe hangat.
Menuju rumah penumpang langganannya yaitu anak SD Al Kautsar. Baginya pemasukan
rutin lima ribu rupiah sangat berarti bagi sesuap nasi yang bisa dimakan dengan Adit.
Suatu
hari penumpang langganannya tidak masuk sekolah. Bapak Adit resah dan berusaha
mencari penumpang lainnya. Ke Pasar Senggol yang menjadi tujuannya.
“Angkut
barang..angkut barang…Becak..Becak..Selamat sampai tujuan..” guraunya berharap
ada penumpang yang menyuruhnya.
“Cak,
bisa antar beras ini ke jalan PangSud ya?” tanya seorang ibu tua di pasar
“Sangat
bisa Bu, Insyaallah selamat sampai tujuan” canda Bapak Adit dengan girangnya
sembari menerima upah Rp. 10.000,-
Dengan
semangat dan penuh tanggung jawab Bapak Adit mengayuh becak menuju Jalan
Panglima Sudirman Gg. Samping Indomaret. Terlihat awan mendung, bapak Adit
memasang plastik di becaknya. Walaupun hujan mengguyur cukup deras, Bapak Adit
tak menghiraukan dirinya meskipun tak mengenakan mantel, baginya barang orang
lain yang diutamakan aman.
Seketika
itu hujan bertambah deras dengan disertai angin kencang. Bapak Adit bingung antara harus menepi sejenak atau
melanjutkannya. Teringat pesan Ibu tua yang menyuruhnya barang harus tiba
sebelum dhuhur, akhirnya Bapak Adit melanjutkan perjalanan tanpa harus
memikirkan keselamatannya.
“Adit,
ikut pak lek sekarang!” ajak tetangga
“Kemana
Pak lek? Adit bertanya tanya melihat pak lek yang kebingungan.
Tanpa
menjawab sepatah kata apapun, tetangga itu langsung memboncengnya menuju rumah
sakit Purut.
“Dit,
bapak kamu tertimpa pohon besar waktu ngirim barang di sekitar jalan Pangsud,.
Bapak kamu mengalami perdarahan di kepalanya. Tapi jangan cemas kita berdoa
saja, dokter sudah menanganinya.” Jawab tetangga menenangkan Adit
“Ada
saudaranya Pasien?” tanya pak Dokter
“
Saya Pak, anak kandungnya. Gimana dengan Bapak saya Dok?” tanya Adit cemas
“Pasien
mengalami perdarahan yang cukup hebat, butuh tranfusi darah.” Dokter menjawab
dan menatap wajah Adit
“Ambil
darah saya Dok. Golongan darah saya sama dengan Bapak!”
Dokterpun
segera memrosesnya. 1 Jam setelah tranfusi darah, terlihat Bapak Adit membuka
mata dan menatap Adit.
“Bapak
.Alhamdulillah Bapak sadar.” Adit menangis sedu
“Dit,
kita bayar pake uang apa Dit? dengan meneteskan air mata
“Bapak
jangan khawatir. Adit berusaha mencari pinjaman uang untuk biaya rumah sakit
Bapak.” Meyakinkan Bapak dan hanya pasrah pasti ada solusi untuk kita
“Dit,
jangan cari pinjaman ke orang lain tapi tolong jual saja becak ini ke tetangga
kita yang butuh.” Saran Bapak Adit walau berat hati menjual becak yang
sehari-hari dikayuh untuk kehidupannya.
Adit
bergegas pergi tanpa berpikir panjang. Yang dia utamakan adalah keselamatan
bapaknya dan segera bisa pulang ke rumah.
Menuju
rumah tetangga yang kesehariannya juga mengayuh becak. Adit minta tolong agar
berkenan membelinya untuk biaya rumah sakit bapaknya. Alhamdulillah tetangga
itu mau tapi hanya bisa membelinya dengan harga lima ratus ribu rupiah. Adit
pun mengiyakan, baginya uang segitu mungkin cukup buat bayar rumah sakit.
Bergegas Adit menuju loket rumah sakit.
Terkejut
Adit melihat nominal Rp. 2.750.000,-.
“Mbak,
apa saya harus membayar penuh biya sebesar ini?” tanya Adit keheranan
“Iya
, total yang harus dibayar sekian.” Kata penjaga loket sembari menunjukkan
rinciannya.
“Mbak
saya hanya ada uang lima ratus ribu rupiah. Tapi saya berjanji akan melunasinya
1 bulan ini.” Pinta Adit memohon
“Tidak
bisa, ini nominal yang harus dibayar” jawab penjaga loket tegas
“Termenung
Adit di kursi depan pintu kamar Bapaknya. Terlihat Dokter yang baru keluar dari
ruangan, Adit mengahampirinya.
“Dok,
saya minta tolong ijinkan Bapak saya untuk rawat jalan saja, kita tak sanggup
untuk biaya rumah sakit. Barusan hanya lima ratus ribu rupiah yang saya bayar,
kekurangannya saya akan berusaha melunasinya.” Rengek Adit
“Dit,
baru saja saya juga ngobrol dengan Ayahmu. Saya mengerti keadaan kalian. Saya
jadi teringat almarhum ayah saya yang dulu juga tukang becak. Sabar Dit,
kehidupan itu ada masanya. Dimana nanti pasti ada hikmah dan hadiah yang
tersembunyi. Yakinlah Allah merencanakan hal terindah untuk kita.” Memberi
pengertian ke Adit
“Terima
kasih, Pak. Barangkali Dokter bisa membantu kami.” Keluh Adit
Dokter
itupun tersenyum ramah.
Adit
gelisah sambil berjalan menghampiri Bapaknya.
“Dit,
kesini ada berita bahagia untuk kita.” Tersenyum Bapak Adit menyampaikan berita
bahwa baru saja dokter yang memeriksa menyampaikan tentang biaya rumah sakit.
“
Kita tak perlu cemas dengan biaya rumah sakit. Pak Dokter tadi yang akan
membantu kita dan menanggungnya.” Tangis haru mengantar kebahagiaan mereka
“Alhamdulillah…”
memeluk erat bapaknya.
“Sewaktu
bapak tertimpa pohon besar, Bapak sedang mengangkut beras 5 sak yang disuruh
oleh ibu-ibu tua di pasar. Beralamatkan di jalan Panglima Sudirman tepatnya di
samping Indomaret. Ternyata bapak juga baru tau kalau pemilik rumah di alamat
itu adalah Pak Dokter tadi.” Ungkap Bapak Adit
“Dan
Dokter tadi juga bilang, jika setelah Bapak sembuh nanti, Pak Dokter akan
memberikan pekerjaan untuk Bapak yaitu menjadi cleaning service di Rumah Sakit
Purut ini, nanti Pak Dokter itu yang akan mengajukannya ke pihak rumah sakit.” Tambahnya
Adit
menangis haru dan meyakini bahwa Allah akan menguji hambaNya sesuai
kemampuannya. Alhamdulillah apa yang tidak diharapkan oleh tukang becak ini
ternyata membawa hadiah bagi dirinya.
“Terima
kasih ya Allah Engkau yang mengatur segalanya.” Ucap syukur Bapak Adit dalam
sujud syukurnya.
Adit
dan Bapaknya pun segera menemui Pak Dokter yang membantunya. Karena kedermawanannya
sangat berarti baginya. Mereka juga berterima kasih kepada pihak rumah sakit
Purut yang sudah menangani dan melayani ketika sakit. Kebaikan seluruh pihak
rumah sakit tak akan pernah hilang dalam memorinya.
Semoga
Rumah Sakit Purut makin jaya, semakin membawa manfaat untuk warga, dan
dijadikan amal bakti untuk semuanya. Amiiin
BIODATA
Nama :
M Hidayatullah
NIS : 2122/533.072
Kelas :
X MM 2
Program Keahlian : Multimedia
Sekolah :
SMK Muhammadiyah 1 Pasuruan
Jalan KH. Wakhid
Haasyim 202 kota Pasuruan
Telp. 0343-419 548
No. HP :
085 851 907 306
إرسال تعليق