Oleh : H. Djainuri Alief
Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji bagi Allah, Tuhan alam semesta, yang dengan petunjuk dan pertolong- an Nya kita telah menyelesaikan serangkaian amalan Ramadhan sebagai bentuk pelatihan yang diberikan oleh Allah kepada hamba Nya yang beriman. Semoga Allah menerima seluruh amal ibadah kita, tentunya akan berdampak positif pada rohani kita untuk melanjutkan tugas dalam kehidupan di dunia sebelum memasuki kehidupan akhirat.
Saat ini kita memasuki hari baru dari sisa waktu yang diberikan oleh Allah untuk menjalankan tugas-tugas kehidupan di dunia. Sebagaimana yang sudah kita maklumi dan kita lakukan, bahwa seluruh amalan Ramadhan adalah menyangkut hubungan kepada Allah (hablun minallah) dan hubungan dengan manusia (hablun minannas). Dua pertalian itu saling terkait satu dengan yang lain sebagai suatu bentuk peribadatan kepada Allah. Sesudah Ramadhan, Amalan yang harus kita perhatikan dalam menjalankan tugas peribatan adalah:
Pertama: Hablunminallah(’ibadahmahdhah).
Terus berupaya meningkatkan kualitas dan kesempurnaan ibadah fardlu yang tercantum dalam Rukun Islam (HR.Bukhari). Melakukan ibadah fardlu adalah merupakan sarana pendekatan (taqarrub) kepada Allah untuk memperoleh ridha dan kecintaan Nya. Dan Allah menyediakan sarana ibadah nawafil (ibadah tambahan/sunnah).
“Barang siapa istiqomah melakukannya, maka Allah akan lebih mencintai dan senantiasa memelihara serta menolong nya”. (HR. Bukhari dari Abu Hurairah).
Di antara ibadah nawafil adalah :
1. Shalat:
a. Shalat rawatib (shalat yang mengiringi shalat fardlu) antara lain :
- Sepuluh rakaat (HR.Bukhari dari Ibnu Umar).
- Dua belas rakaat (HR.Muslim,Ahamd dari Abdullah bin Syaqiq).
- Empat belas rakaat ( HR.Ahmad, Ashhabus Sunan, dishahihkan Tirmidzi-dari Ummu Habibah).
b. Shalat malam (QS. 17:79, 25:64)
c. Shalat Dhuha yaitu :
- Dua rakaat (HR. Ahmad,Muslim,Abu Dawud dari Abu Dzar ra.)
- Empat rakaat (HR.Al Hakim,Ath Thabrani,Perawinya dapat dipercaya)
- Delapan rakaat (HR.Ahmad,Nasa’I,Hakim, Ibn Khuzaimah dari Anas ra)
d. Dan shalat sunnah lainnya.
2. Puasa:
- Puasa Syawwal enam hari ( HR.Jamaah kecuali Bukhari dan Nasa’I dari Abu Ayyub al Anshari)
- Puasa ‘Arofah/9 Dzul Hijjah (HR.Jamaah keculi Bukhari dan Turmudzi dari Abu Qatadah).
- Puasa Sepuluh Muharram (HR.Muslim,Ahmad,Muslim,Abu Dawud dari Abu Hurairah).
- Puasa Senin dan Kamis (HR.Ahmad dengan sanad yang Shah dari Abu Hurairah.
- Puasa Tiga hari tengah bulan Hijriyah (Tgl.13,14,15). (HR.Ahmad dan Nasa’I dari Hafsah)
- Puasa sunnah lainnya.
3. Dan Ibadah sunnah lainnya.
Kedua: Hablun Minannas ( Mu’amalah duniawiyah ).
Persoalan pokok sesudah menjalankan Ibadah Mahdhah dalam kehidupan di dunia adalah Jihad Fi Sabilillah, sebagaimana Rasulullah Saw. bersabda:
“Kepala segala persoalan hidup (di dunia ) adalah Islam (menyerahkan diri kepada Allah), tiangnya adalah Shalat (‘ibadah mahdhah) dan puncaknya (klimaksnya) adalah Jihad Fi Sabililah.”
(HR.Ahmad dan Tirmidzi).
Jihad fi sabililllah memiliki makna:
- Qital, perang melawan kaum kafir yang memusuhi Islam (QS.9:111). Qital ini adalah bagian jihad fi sabilillah.
- Jihad, secara etimologis dari kata Ja-hada, yuja-hidu berarti mencurahkan segala kemampuan untuk mencapai tujuan. Jihad dalam arti lebih luas harus selalu dilakukan dalam berbagai bidang dan lapangan kehidupan sesuai dengan ruang dan waktu. Dalam kontek Indonesia sekarang ini, kita perlu berjihad menegakkan nilai-nilai Islam, yakni menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa, berjihad mengentas kemiskinan, mencerdaskan bangsa, serta berjihad memerangi kezaliman. (Yunahar Ilyas LC.MA, dalam bukunya. “Cakrawala Al Quran-145”).
- Jihad diperlukan sarana yakni harta dan jiwa (QS.49:15)
- Jihad merupakan kewjiaban individu dan dilakukan secara berjama’ah yang diatur dalam managemen organisasi ( QS.3:104; 61:4).
Dua kegiatan amal ibadah tersebut (Ibadah mahdhah dan mu’amalah), harus dilakukan secara istiqomah dan terkait. Meninggalkan salah satu berdampak kehinaan hidup (QS.3:112), dan siapa melakukan keduanya, Allah menyediakan kemuliyaan hidup baik di dunia maupun di akhirat. (QS. 9:20).
Semoga Allah meneguhkan hati kita selalu di dalam (menjalankan syari’at) agama Nya. Aamiin.
Posting Komentar